Friday 7 June 2013

Kuliah Murah Di Jantung Benua Eropa


Sumber: Koran Republika, Senin 16 Juli 2007, hal 20
Kuliah di Jerman, ternyata lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lain. Apakah itu Amerika Serikat, Australia, Jepang, Inggris, Belanda, Singapura, Malaysia atau bahkan Indonesia sekalipun. Yang menarik, banyak sekolah di Jerman tidak memungut biaya pendidikan. Pemerintah memberikan subsidi biaya pendidikan. Subsidi tadi merupakan kompensasi dari tingginya pajak di negara itu, yaitu sekitar 20-30 persen.

Selain lebih murah, kelebihan lain yang didapat jika berkuliah di Eropa adalah kualitas pendidikan yang tinggi dengan lingkungan dan program akademik bertaraf internasional. Mahasiswa juga dapat bekerja part time di kampus maksimal 20 jam per minggu selama masa kuliah dengan upah maksimum 325 Euro per bulan. Mahasiswa juga mendapat hak untuk bekerja penuh pada saat liburan selama tiga bulan, 40 jam per minggu dengan upah 500 sampai 1.000 Euro per bulan.

Hal lainnya yang membuat belajar di Jerman menarik adalah biaya hidup yang murah, yaitu hanya berkisar 350-500 Euro per bulan (Rp 5 juta per bulan). Ini sangat berbeda dengan biaya hidup di negara-negara tujuan studi lainnya, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Inggris, Belanda, Singapura, dan Malaysia. Ini juga didukung dengan suasana belajar maupun suasana tinggal yang nyaman.

“Sayang selama ini banyak calon mahasiswa Indonesia yang tidak mengetahui peluang ini. Padahal syaratnya juga tidak sulit, yang penting ada ijasah SMA dan lulus tes bahasa Jerman/Prancis,” jelas President Director and Chief Executive Officer (CEO) Euro Management Indonesia, Bapak Bimo Sasongko, MSEIE, MBA.

Bahkan, setelah lulus kuliah dan kembali ke tanah air, para alumni pun biasanya mendapatkan bantuan dari pemerintah Jerman caranya dengan mengajukan permohonan batuan ke Kantor Balaikota Jerman tiga bulan sebelum kepulangan mereka ke tanah air. Bantuan tersebut berupa transport dan tiket pulang maksimal 1000 Euro, buku-buku senilai 100 Euro pertahun, gaji sebesar 200-400 Euro perbulan selama 12-18 bulan, dan diberikan kesempatan mengajukan bantuan peralatan kerja untuk usaha senilai sebesar 10.000 Euro.

Pria yang kini mengambil program Doktor bidang Ilmu Manajemen di Universitas Indonesia (UI), Depok dan program Doktor di bidang manajemen pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menambahkan, memang universitas-universitas di Jerman biasanya membebankan biaya administrasi antara 50-250 Euro per semester. Tapi biaya ini digunakan antara lain untuk pembuatan kartu mahasiswa, kartu perpustakaan, kartu diskon yang dapat di pakai di berbagai tempat seperti kantin kampus, teater, bioskop dan tempat fitnes. Ada juga beberapa negara bagian yang mengutip biaya kuliah. Tapi oleh pemerintah setempat, jumlahnya hanya boleh maksimal 500 Euro per semester. “Tapi jangan khawatir. Dari 16 negara bagian yang ada di Jerman, 11 negara bagiannya tidak mengenakan biaya kuliah atau gratis dan hanya 5 di negara bagian saja yang menarik biaya kuliah. Lagipula mahasiswa di sana pasti protes kalau pihak kampus mengutip biaya kuliah yang tinggi, karena biasanya serba gratis,” ujar Bimo

Ditambah lagi syarat penerimaan siswa di Jerman terbilang mudah karena pada prinsipnya di Jerman siapapun boleh mengecap pendidikan, termasuk juga pendatang dari luar negeri. Yang paling penting adalah memiliki ijasah SMA dan lulus dalam tes bahasa Jerman. Selain Jerman, negara lain yang menjadi tujuan Euro Management Indonesia adalah Prancis. Bahkan untuk tahun depan, Euro Management Indonesia berencana untuk membuka program persiapan studi ke Amerika Serikat. Dalam jangka panjang, Euro Management Indonesia akan terus membuka kesempatan pendidikan ke negara Eropa lainnya seperti Belanda, Inggris, Spanyol, dan negara-negara Skandinavia (Denmark, Finlandia, Norwegia, Swedia).

Sebelumnya Bimo mengaku tidak percaya dengan adanya kuliah murah di Jerman. Namun kemudian dia mencari melalui internet dan ternyata benar. “Saya sudah merasakan sendiri manfaat berkuliah di Jerman, bahkan kalau dilihat banyak lulusan universitas Jerman yang sekarang bisa dibilang sukses dalam kariernya,” tambah pria yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di North Carolina State University (NCSU) dan Arizona State University (ASU) di Amerika Serikat. Sedangkan gelar MBA, Beliau peroleh dari Fachhochschule Pforzheim (University of Applied Sciences) di negara bagian Baden Württemberg, Jerman.

(update by: Linda Tanoto, Mahasiswi London School)