Friday 7 June 2013

KULIAH GRATIS DI JERMAN

Kuliah Di Eropa, Bukan Lagi Impian!!!

Sumber: Artikel koran tabloid Optimis Edisi VI Agustus-September 2006
Pernahkah Anda berpikir untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri? Bisa jadi, sebagian besar kita akan menggelengkan kepala. Jangankan memikirkan, membayangkannya pun mungkin tidak. Mahalnya biaya pendidikan, ditambah biaya hidup yang tidak sedikit, menjadi faktor penghalang utama.

Bimo Sasongko, MSEIE, MBA, President Director & CEO Euro Management Indonesia, pun sempat berpikir seperti itu. Pria kelahiran 4 Februari 1972 ini boleh dikatakan cukup beruntung, karena ia mendapatkan beasiswa untuk pendidikan S1 dan S2 di Arizona State University (ASU) dan North Carolina State University di Amerika Serikat. Praktis, selama berada di negeri Paman Sam, yang ia tanggung hanya biaya hidup.

Tahun 2001, ia kembali berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang S3. Semula, ia ingin kembali ke Amerika Serikat. Tapi tiba-tiba, ia mendengar kabar bahwa kuliah di Jerman ternyata gratis.

“Semula saya tidak percaya,” ujar ayah dari lima anak – Aisyah, Hisyam, Azzam, Hafshah, dan Habibie – ini. Tapi karena penasaran, ia pun mencari info lewat internet, DAAD dan Kedutaan Besar Jerman. “Ternyata memang benar. Biaya pendidikan di Jerman benar-benar gratis!” Maka, Bimo pun langsung mendaftar. Alhamdulillah, ia diterima di program MBA di Fachhochschule Pforzheim (University of Applied Sciences) di negara bagian Baden Württemberg, Jerman.

Selama studi di Jerman, suami dari Dwireka Novitria ini merasakan suasana yang sangat menyenangkan. “Jerman adalah negara kaya yang sangat aman, “ujarnya. “Kita tidak akan menemukan orang miskin dan gelandangan. Di Jakarta, kita selalu was-was jika anak perempuan kita keluar malam. Tapi di Jerman, istri saya pernah pulang tengah malam, tapi alhamdulillah aman-aman saja.”

Bimo pun menjadi tahu, bahwa ternyata biaya pendidikan gratis di Jerman berlaku untuk semua tingkat pendidikan. Pemerintah di sana membebankan pajak yang tinggi kepada rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi dalam bentuk pendidikan dan kesehatan gratis.

“Kita hanya perlu menanggung biaya hidup. Jumlahnya lebih kurang sama dengan di negara-negara lain, termasuk Indonesia, bahkan bisa lebih kecil,” tegas pehobi travelling dan hiking ini.

Bimo menambahkan, biaya hidup selama kuliah di Jerman pun sebenarnya bisa lebih ringan jika si mahasiswa mau mencari pekerjaan part time yang banyak tersedia. “Misalnya kalau bekerja maksimal 20 jam perminggu selama masa kuliah, kita bisa mendapatkan 200-300 Euro perbulan. Bahkan mahasiswa berhak mendapatkan pekerjaan full time selama masa liburan 3 bulan, 40 jam perminggu, dengan rata-rata pendapatan antara 500 sampai 1.000 Euro perbulan. Selain itu, universitas di Jerman mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti magang selama program kuliah di berbagai perusahaan Jerman, minimal 2 semester penuh, dengan pendapatan antara 300 hingga 1.000 Euro perbulan.”

Setelah lulus kuliah dan ingin kembali ke tanah air, para alumnipun biasanya mendapatkan bantuan dari pemerintah Jerman dengan cara mengajukan diri di kantor walikota Jerman 3 bulan sebelum kepulangannya. Bantuan tersebut berupa transport dan tiket pulang senilai maksimal 1000 Euro, buku-buku senilai 100 Euro pertahun, gaji sebesar 200-400 Euro perbulan selama 12-18 bulan, dan bantuan peralatan kerja sebesar 10.000 Euro.

Soal kualitas pendidikan, tentu tak perlu diragukan lagi. Jerman adalah negara maju yang perkembangan teknologinya sangat pesat, saat ini bersaing ketat dengan negara Amerika Serikat dan Jepang. “Kenyataan ini tentunya berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di negara itu, termasuk fasilitas-fasilitas yang tersedia di berbagai universitasnya,” ujar lulusan S1 Teknik Pesawat Terbang (Aerospace Engineering) di North Carolina State University, dan S2 Teknik Industri (Industrial Engineering) di Arizona State University, keduanya di Amerika Serikat.

Dikutip :http://euromanagement.co.id/index.php/en/artikel/84-kuliah-di-eropa,-bukan-lagi-impian

coba buka link : www.euromanagement.co.id